24.3 C
Jakarta
Monday, August 4, 2025

Keputusan Di Balik Pemerintah Mengimpor 200.000 Ton Gula Mentah Tahun 2025

- Advertisement -spot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_img

Keputusan Di Balik Pemerintah Mengimpor 200.000 Ton Gula Mentah Tahun 2025

 

 

Semula pemerintah berkomitmen tidak memenuhi kebutuhan gula konsumsi nasional. Namun, komitmen itu berubah. Pemerintah memutuskan mengimpor gula mentah untuk menaikkan level cadangan gula pemerintah. Ada apa di balik keputusan itu?

Impor 200.000 ton gula mentah diputuskan dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Pangan pada 12 Februari 2025. Sebelumnya, pada 9 Desember 2024, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan, pemerintah tidak akan mengimpor beras, jagung pakan, serta gula dan garam konsumsi (Kompas, 10/12/2024).

Di balik keputusan rencana impor gula itu, produksi gula konsumsi nasional pada 2025 yang ditargetkan sebesar 2,6 juta ton diperkirakan tidak mengalami gangguan. Bahkan, produksi gula konsumsi nasional pada 2024, yakni sebanyak 2,46 juta ton, lebih tinggi dibandingkan dengan 2023 yang mencapai 2,2 juta ton.

Di balik rencana impor itu pula terdapat sejumlah pertimbangan dan opsi selain impor. Cadangan gula pemerintah (CGP) menipis, harga gula konsumsi di pasar tinggi, dan banyak stok gula konsumsi berada di tangan pedagang swasta.

Opsi selain impor, yakni menggiling stok sisa impor gula mentah menjadi gula kristal putih atau konsumsi, juga terbatas. Pabrik gula milik negara siap menggiling sisa impor gula mentah itu, tetapi sejumlah pabrik gula swasta tengah merawat mesin giling untuk persiapan musim giling tebu pada Mei 2025.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, Kamis (13/2/2025), membenarkan keputusan mengimpor 200.000 ton gula mentah untuk CGP. Impor gula itu atas usulan atau permintaan Menteri Pertanian dan diputuskan dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Pangan.

”Jadi, kami memutuskan mengimpor gula mentah secara terukur, yakni hanya 200.000 ton. Biasanya bisa mencapai 700.000 ton. Gula impor itu akan kami kunci untuk CGP,” kata Arief ketika dihubungi Kompas dari Jakarta. Arief menjelaskan, impor gula mentah akan dilakukan badan usaha milik negara (BUMN). Bisa saja Perum Bulog, ID Food, atau PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) bergantung keputusan Menteri BUMN. Kemungkinan besar pengolahan gula mentah menjadi gula konsumsi juga akan dibagi merata ke tiga BUMN tersebut.

Saat ini, ID Food juga tengah berupaya mempercepat mengolah stok sisa impor gula mentah sebanyak 62.000 ton menjadi gula konsumsi. Dari jumlah itu, sebanyak 10.000 ton milik ID Food dan 52.000 ton sudah dibeli pedagang.

Arief juga menegaskan, produksi gula 2024 tidak bermasalah. Produksi gula 2025 juga diperkirakan tidak akan terganggu. Hanya saja, saat ini, stok gula pemerintah menipis. CGP pemerintah di gudang Bulog, ID Food, dan SGN harus dikeluarkan untuk diganti stok baru.

Sebagian besar stok gula di gudang sejumlah pabrik gula milik negara juga sudah dibeli atau milik pedagang. SGN yang merupakan subholding PT Perkebunan Nusantara, misalnya, menyimpan sekitar 200.000 ton gula konsumsi milik pedagang yang bakal dilepas pada Februari-Maret 2025.

”Harga gula konsumsi di tingkat eceran naik menjadi di kisaran Rp 17.500-Rp 20.000 per kilogram (kg) bergantung daerah. Per Januari 2025 lalu, tingkat inflasi gula sudah mencapai 1,4 persen,” katanya.

Arief juga akan memastikan harga gula di tingkat petani tidak boleh berada harga acuan pembelian yang ditetapkan pemerintah Rp 14.500 per kg. Di sisi lain, harga gula selama Ramadhan-Lebaran 2025 juga bakal ditekan di bawah Rp 18.000 per kg. Penuh pertimbangan

Rencana impor gula tersebut sebenarnya telah terungkap dalam Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Ramadhan-Lebaran 2025 yang digelar Bapanas secara hibrida di Jakarta, Rabu (12/2/2025). Rapat itu dihadiri perwakilan pemerintah pusat dan daerah, serta pelaku usaha berbagai sektor pangan.

Beberapa di antaranya adalah Sekretaris Eksekutif Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo) Enny Ratnaningtyas, Direktur Manajemen Rantai Pasok dan Teknologi Informasi ID Food Bernadetta Raras, dan Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen.

Enny mengatakan, stok gula di pabrik-pabrik gula di Indonesia per akhir Desember 2024 sekitar 980.000 ton. Adapun kebutuhan gula nasional pada awal Januari 2025 hingga musim giling tebu pada Mei 2024 sekitar 1.250.000 ton.

Kalaupun masih ada sisa stok gula mentah impor tahun lalu, gula tersebut belum dapat digiling. Saat ini, sejumlah pabrik gula tengah dalam proses pemeliharaan peralatan giling untuk mempersiapkan musim giling tebu pada Mei 2025.

”Stok gula nasional itu mepet. Ini perlu kita waspadai. Kalau nanti baru menggiling tebu pasca-Lebaran, bagaimana nanti pemenuhan konsumsi gula pada Ramadhan-Lebaran 2025,” ujarnya. Menanggapi hal itu, Arief mengemukakan, Bapanas memiliki perhitungan neraca pangan, termasuk gula. Stok gula konsumsi pada akhir 2024 yang dijadikan stok awal 2025 sekitar 1 juta ton.

Stok gula mentah impor di sejumlah pabrik gula yang siap digiling menjadi gula konsumsi sekitar 60.000-80.000 ton. Sementara kebutuhan gula nasional pada Januari-Mei 2025 diperkirakan sekitar 1,25 juta ton.

”Di sisi lain, panen tebu di sejumlah daerah di Indonesia sudah mulai terjadi pada April 2025. Dengan mempertimbangkan sejumlah hal itu, seharusnya stok gual cukup untuk memenuhi kebutuhan gula pada Februari-Maret 2025 atau selama Ramadhan-Lebaran 2025,” katanya. Namun, lanjut Arief, jika menyangkut cadangan gula pemerintah (CGP), Indonesia memerlukan impor gula sekitar 230.000-300.000 ton. Namun, pemerintah masih mempertimbangkannya entah itu berupa gula mentah atau gula kristal putih.

Kalau impornya berupa gula kristal putih, hal itu tidak akan mendidik pabrik-pabrik gula di Indonesia. Opsi lainnya, berupa mempercepat pengolahan sisa stok gula mentah impor sebanyak 60.000-80.000 ton untuk dijadikan gula ktistal putih.

”Semuanya masih perlu dibicarakan. Harga gula di tingkat petani dan di pasar eceran juga perlu menjadi pertimbangan. Memang, menjadi serba salah, apalagi jika stok sepenuhnya dikuasai swasta. Seharusnya ID Food, SGN, dan Bulog mempunyai stok gula. Tidak menjual seluruh stoknya,” katanya.

 

Tak perlu impor

Dalam kesempatan itu, ID Food turut memaparkan CGP yang dikelola PT RNI pada 2025. Merujuk pada Rencana Kerja Pemerintah pada 2025, RNI ditargetkan memiliki CGP sebanyak 268.000 ton gula konsumsi. Dari jumlah itu, sebanyak 40.476 untuk penyaluran secara reguler dan 63.267 ton merupakan stok hari besar keagamaan nasional (HBKN).

”Kami tidak akan melepas stok gula konsumsi sebanyak 63.267 ton. Stok itu hanya digunakan sebagai cadangan keperluan HBKN,” kata Raras.

Sementara itu, APTRI berharap pemerintah tidak mengimpor gula. Sebab, produksi gula nasional pada 2024 sebesar 2,46 juta ton, lebih tinggi dibandingkan dengan 2023 yang sebanyak 2,2 juta ton. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi gula konsumsi nasional sebesar 2,6 juta ton.

Selain itu, stok gula di pabrik-pabrik gula di Indonesia per awal Februari 2025 ditambah stok di tingkat distributor, pedagang, ID Food, serta sedikit potensi giling tebu pada Maret dan April 2025 bakal masih mencukupi hingga musim giling tebu pada Mei 2025. Soemitro menjelaskan, berdasarkan hasil rekapitulasi stok fisik gula kristal putih Direktorat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Januari 2025, total stok gula kristal putih di gudang pabrik-pabrik gula milik negara dan swasta sebanyak 842.517,21 ton. Stok sebanyak 842.517,21 ton itu menjadi stok awal Februari 2025.

Dari jumlah itu, stok gula milik PG sebanyak 364.688,88 ton, petani 10.604,4 ton, pedagang 463.491,63 ton, dan Bulog 3.732,3 ton. Sementara kebutuhan normal konsumsi gula nasional dalam sebulan sekitar 225.000-250.000 ton.

Artinya, total kebutuhan gula pada Februari 2025 hingga musim giling tebu pada Mei 2025 diperkirakan 900.000-1 juta ton. Dengan begitu, terjadi defisit gula konsumsi sekitar 57.483-157.483 ton.

Namun, perlu diingat, meskipun berbeda-beda kepemilikan, stok gula nasional tersebut masih berada di gudang pabrik-pabrik gula. Stok itu belum termasuk gula yang telah keluar dari gudang pabrik-pabrik gula.

”Gula tersebut kini berada di tangan distributor lini 1 (D1), D2, D3, dan pedagang pengecer yang jumlahnya tidak pernah terdata dan dihitung pemerintah,” katanya. Selain itu, lanjut Soemitro, ada beberapa pabrik gula di Indonesia yang akan mulai menggiling tebu pada Maret dan April 2025. Pabrik gula di Medan akan memulai giling tebu pada pertengahan Maret 2025. Begitu juga dengan pabrik gula di Lampung akan memulai memproduksi gula pada pertengahan April 2025.

Dari beberapa pabrik gula itu, diperkirakan akan ada tambahan gula konsumsi sekitar 50.000 ton. Sementara pemerintah masih memiliki stok gula konsumsi yang dikelola PT RNI sebanyak 63.267 ton.

”Oleh karena itu, kami yakin stok gula nasional mencukupi sehingga tidak perlu mengimpor gula. Kami khawatir jika impor gula justru akan membuat harga gula petani jatuh,” katanya.

 

 

 

ZnL

 

 

 

 

 

 

- Advertisement -spot_imgspot_img
Latest news
- Advertisement -spot_img
Related news
- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sekabet girişSekabetSekabetSekabet GirişSekabet Güncel GirişPinbahisSekabetSekabetSekabetSekabet GirişSekabet Güncel Giriş